Sejarah asal mula tragedi Rohingya Myanmar

Riwayat Asal-Usul Sejarah Rohingya Di Myanmar

Asal-Usul Sejarah Singkat Rohingya di Myanmar Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Qommarria Rostanti/=alfianfikriaziz Mohammad Ponir Ho...

Jumat, 08 September 2017

Sejarah Awal Mula STM BOEDOET 145



Dahulu kala sudah tidak asing lagi dengan Stm di Jakarta yaitu STM Boedoet 145. STM Boedoet 145 terdiri dari SMUN 1 Jakarta/SMAN 1 Jakarta ,STMN 1 Jakarta/SMKN 1 Jakarta, STMN 5 Jakarta/SMKN 4 Jakarta, SMK PGRI 4, SMK PGRI 5 Jakarta/SMK PGRI 11 Jakarta

Selayang Pandang Boedoet Basis 58 Kemayoran
NAMA BOEDOET 58 KEMAYORAN :
BOEDOET BASIS 58 Kemayoran merupakan salah satu Basis BOEDOET yang didalamnye terdiri dari SMUN 1, SMKN 1, SMKN 5 (sekarang SMKN 4 Cakung-Cilincing), SMK PGRI 4 dan SMK PGRI 5 (saat ini hanya tinggal bertahan SMK PGRI 5 yang kemudian namanya berubah menjadi STM PGRI 11 dan letaknya bersebelahan dengan SMKN 4). Terbentuknye basis terjadi begitu aje yang di ambil dari nomor BUS PPD 58 tujuan ke sekolah atas rasa persaudaraan satu sekolah dan satu wilayah yang sangat kuat untuk mengahadang musuh yang menggangu perjalanan ke sekolah dan pulang..
RUTE KEMAYORAN - PASARBARU - BUDI UTOMO :
Rutenye sendiri, dari mulai Sunter Bendungan Dempet dan sekitarnye - Sumur Batu - Bendungan Jago - H. Jiung ampe Utan Panjang. Malah belakangan tahun2 1997-an, terdengar juga Boedoet Train Kemayoran (pelajar2 Boedoet yang kebetulan tinggal didaerah Stasiun Kemayoran). Nah, dari jalur atawa rute ini juga, terdapat sekolah-sekolah maupun kampungan yang menjadi musuh-musuhnye Boedoet Kemayoran. Sebut aje misalnye STM PONCOL Sumur Batu, STM Bahariwan yang nongkrong di H. Jiung, SMU Taman Siswa Garuda, SMU 10 ato SMU 20 kalo ketemu pas lagi dijalan, Kampungan H. Jiung dll (ane sendiri sampe lupa !). Tapi itu dulu, gak tau deh sekarang !!! Semoga aje kagak lagi ye ? Kasian Orangtue bro !
ICON BASIS 58 :
Era awal 90an, Boedoet Kemayoran dikenal dengan nama TAWA 58, yang artinye Tarohan Nyawa (suerreeem beuud yak?) yang maknanye mau menang ape kalah dalam tawuran...yang penting ketawa tettteeeuup ! (Hah..Hah..Hah..). Menurut informasi dari sdr. Andrey Modric ato nama bekennye Bang Doel (Alumni STM PGRI 4 '94/95) yang kasi nama ini Bang Gerry ma Bang Lupus, keduanye alumni 92/93 (semoga aje mereka bisa liat catatan ini..). Kagak tau asal n sebabnye kenape, diakhir taon 90an nama TAWA malah berubah menjadi LOT (Legend Of Tawa) tapi yang penting soal nama itu kagak masalah, yang utama adalah semangat dan kekompakan yang gak akan boleh berubah, betul tidaaak ?
DAHULU, HARI INI DAN MASA DEPAN :
Dahulu kita memang dikenal biang rusuh, sebagai biangkeroknye tawuran sekolah di Ibukota. Coba aje sesekali melihat grafiti atau corat-coret di bus, halte bus atau dinding-dinding gedung oleh para pelajar. Salah satu kata populer yang sering tertulis adalah "Boedoet". Biasanya warga Jakarta sudah mengerti kalau yang dimaksudkan adalah Boedi Oetomo, nama sebuah sekolah kejuruan di Jakarta Pusat. Malah bukan hanya di Jakarta saja, tapi sampai ke luar kota bahkan sampai di luar negeri (beneran nich, kagak bo'ong ane !) bahkan di awal 1990-an hingga awal 2000-an adalah masa2 kejayaan Boedoet bersamaan dengan maraknya perkelahian massal antarpelajar yang lebih populer dengan tawuran. Nama Boedoet, seolah menjadi musuh bersama di kancah percaturan tawuran pelajar. Di mana pun terjadi tawuran, nama Boedoet hampir selalu disebut. Entah itu di Jl Gunungsahari, Kramat Raya, Salemba, Diponegoro, Matraman, Pramuka, Pemuda, Sudirman, Dewi Sartika, Letjen Soeprapto, Perintis Kemerdekaan, dan sejumlah ruas jalan lain di pelosok Jakarta dan kota lain di Indonesia (sebut aje misalnye, pada saat perpisahan STM 1 Boedoet th 1996 di Cilacap Jawa Tengah..abang2 kite ini malah ribut ma perkampungan sana n pulangnya pake dikawal pasukan lengkap lagi !).
Nah pertanyannye sekarang, ape kite masih mau kayak dulu lagi ? Sekolah pulang pergi selalu dagdigdug...Ane jadi inget kata2 salahsatu tokoh dalam film Trainspotting "LIFE IS CHANGE, MUSIC IS CHANGE AND SEX IS CHANGE ! " Zaman telah berubah brooo ! Hari ini dan di masa datang, gaye Boedoet boleh beda, tapi semangat n kekompakan nyang kagak boleh pudar...
Semoga aje lewat adanya FB ini menjadikan forum silaturahmi bagi anak STM/SMA Boedoet sebagai ajang kangen2an, sebagai inspirasi atau sekedar mencari sesuatu yang lebih baik untuk kehidupan kedepannya.
Kutipan puisi dari Bang Pedro Corneles Boedoetbrotherhood :
"Boedoet! adalah satu keluarga besar yang solid yang pernah ada di muka bumi ini. Sampai-sampai kita pernah tak rela untuk mengangkat kedua kaki kita, pernah menangis karena harus melepas eratnya genggaman simpul tangan teman-teman kita ataupun pernah tak kuasa untuk membungkam mulut kita sendiri dengan yel-yel “Hidup Boedoet!”
Kita adalah satu keluarga besar, keluarga besar Komunitas Boedoet. Sepenggal nama yang tidak akan pernah pudar oleh zaman, tidak akan pernah runtuh oleh perbedaan-perbedaan ras atau ideologi manapun, kemarin, sekarang atau sampai kapanpun. Kedamaian, Persahabatan dan Kesetiakawanan ( Peace, Friendship and Solidarity) ternyata adalah makna dari sepenggal nama indah itu"... “Hidup Boedoet!”


Dan seiring perkembangan waktu, bukan zamannya lagi  kita untuktawuran
think'n positive 
berpikir untuk masa depan bagaimana caranya untuk kedepan 
agar bisa membalas jasa kedua orang tua 
yang dahulu telah bersusah payah untuk mencari rezeki buat anaknya
#boedoet145





Kamis, 07 September 2017

Riwayat Asal-Usul Sejarah Rohingya Di Myanmar

Asal-Usul Sejarah Singkat Rohingya di Myanmar

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Qommarria Rostanti/=alfianfikriaziz
Mohammad Ponir Hossain/Reuters
Pengungsi Rohingya melintasi jalur laut untuk mengungsi ke wilayah Bangladesh.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejak awal 1950-an, sebagian kaum Muslim di bagian Arakan atau Rakhine mengklaim diri mereka sebagai sebuah kelompok etnis yang berbeda dan terpisah. Mereka mengidentifikasikan diri sebagai Rohingya.
Mereka mengklaim, Rohingya sudah ada di Rakhine atau Bruma sejak generasi terdahulu. Namun, klaim tersebut tidak berhasil. Mereka tidak mendapatkan pengakuan dari Myanmar dan keberadaannya diperdebatkan oleh kaum Buddha yang merupakan mayoritas di negara tersebut. Begitulah penjelasan singkat soal Rohingya menurut Jacques P Leider dalam tulisannya bertajuk Rohingnya: The Name, The Movement, and The Quest for Identity.

Presiden Arakan Rohingya National Organisation (ARNO), Nurul Islam, mengatakan Rohingya telah tinggal sejak dahulu kala. Mereka merupakan orang-orang dengan budaya dan peradaban yang berbeda-beda. Jika ditelusuri, nenek moyang merka berasal dari orang Arab, Moor, Pathan, Moghul, Bengali, dan beberapa orang Indo-Mongoloid. Permukiman Muslim di Arakan telah ada sejak abad ke-7 Masehi.

Rohingya tidak dianggap ke dalam 135 etnis resmi negara tersebut. Mereka juga telah ditolak kewarganegaraannya di Myanmar sejak 1982, yang secara efektif membuat mereka tanpa kewarganegaraan di tempat tinggalnya. 
Sejak1948, tahun kemerdekaan Myanmar, sudah ada sekitar 1,5 juta orang Rohingnya yang meninggalkan tempat tinggalnya. Para pengungsi Rohingya kebanyakan ditemukan di Bangladesh, Pakistan, Arab Saudi, Thailand, dan Malaysia.

Pada tahun itu, ketegangan antara pemerintah Bruma, yang saat ini dikenal sebagai Myanmar, dan Rohingya meningkat. Banyak di antara mereka yang menginginkan Arakan untuk bergabung dengan Pakistan yang mayoritas Muslim. Pemerintah kemudian membalas dengan mengucilkan Rohingya, termasuk menyingkirkan mereka dari posisi pegawai negeri. Pada 1950, beberapa orang Rohignya menolak pemerintah. Pada 1962, Jenderal Ne Win dengan Partai Program Sosialis Burma-nya merebut kekuasaan dan mengambil langkah perlawanan keras terhadap Rohingnya.

Sekitar 15 tahun berselang, pemerintah memulai Operasi Nagamin. Operasi itu ditujukan untuk menyaring penduduk dari orang asing. Lebih dari 200 ribu orang Rohingya melarikan diri ke Bangladesh, di tengah tuduhan pelanggaran yang dilakukan oleh para tentara. Meski mereka membantah melakukan kesalahan. Setahun berikutnya, Bangladesh melakukan kesepakatan dengan Burma di mana Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagai perantaranya. Mereka bersepakat melakukan repatriasi pengungsi dan kala itu sebagian besar orang Rohingnya kembali ke Burma.
Namun pada 1982 Undang-Undang Imigrasi baru yang diberlakukan di sana mendefinisikan orang-orang yang bermigrasi selama pemerintahan Inggris sebagai imigran ilegal. Pemerintah Burma pun menggolongkan orang-orang Rohingya ke dalam golongan tersebut.
Lebih dari 250 ribu pengungsi Rohingya melarikan diri dari apa yang mereka sebut sebagai kerja paksa, pemerkosaan, dan penganiayaan agama oleh tentara Myanmar. Para tentara itu menyebutkan, pihaknya sedang berusaha untuk membawa pesanan ke Rakhine. Kejadian ini terjadi 2 tahun setelah Burma diubah menjadi Myanmar.

Dari 1992 hingga 1997, melalui perjanjian repatriasi lainnya, sekitar 230 ribu orang Rohingya kembali ke Rakhine. Pada 2012, terjadi kerusuhan antara Rohingya dengan kaum Budha di Rakhine yang menewaskan lebih dari 100 orang. Dari jumlah itu, lebih banyak orang Rohingya yang menjadi korbannya. Puluhan ribu orang dibawa ke Bangladesh dan hampir 150 ribu orang dipaksa masuk ke kampung di Rakhine.